Nasi BEBEK

Sesungguhnya ini adalah tulisan yang gua buat sekitar lima tahun yang lalu. Namun, karena kesalahpahaman teknis, akhirnya tulisan ini baru gua post di sini. Hope you like it. Happy reading

---


Langit siang ini cukup gelap, mungkin akan turun hujan. Saat yang sangat tepat untuk tidur atau sekedar makan mie instant super pedas ditambah telur. Membayangkannya saja sudah membuat air liur menetes.

Ternyata bukan cuma aku yang lapar, adikku juga. Puspa namanya. Ia adalah pribadi yang sangat menyebalkan. Tapi tingkahnya yang aneh, terkadang membuat siapa saja yang melihatnya geli. Tapi menurut bapak, itu bukan aneh, tapi kreatif. Bagiku itu absurd.

Puspa senang sekali meracik ramuan aneh, sebut saja makanan. Misalnya keju parut yang dicampur susu kental manis. Ia akan memakan itu tanpa campuran apapun. Saat memakannya ada ritual khusus yang wajib dilakukan. Yaitu, makanlah dengan tangan (jangan menggunakan sendok). Remas-remas sedikit dengan jari telunjuk dan jempol sebelum disuapkan kedalam mulut. Melihatnya saja sudah membuatku diabetes. Tapi ramuan itu sangat lezat baginya.

kurang lebih begini wujudnya

Kali ini juga, dia menggoreng sosis, dengan mentega sebagai penganti minyak, untuk dijadikan lauk bersama nasi. Insting kreatifnya membuat ia mencetuskan ide brilian. “nasi nya campurin kedalem sini ahh”. Sambil mengambil nasi untuk ikut digoreng bersama sosis.

Selama menggoreng ia menambahkan mentega kedalamnya. Mungkin dia berpikir semakin banyak mentega akan semakin enak. “gila teh gua abisin menteganya”. Sambil menunjukkan bungkus mentega sachet besar yang tadi masih terisi setengah.

Puspa masih sibuk dengan makanannya. Mengaduk nasi seakan-akan ia jauh lebih hebat dari Farah Quinn. Aku melihatnya sambil membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin tiba-tiba akan ada api yang menyambar-nyambar diatas penggorengannya. Atau akan ada adegan akrobat mengaduk nasi ala shaolin.

Akhirnya matang juga. Ia menuangkan nasi-mentega-sosisnya ke atas piring. Aku menghampiri untuk melihat mahakarya dari sang maestro legenda. Ia berkata “teh, kaya nasi bebek ya?” dengan nada penasaran. “dedak?”. Karena memang bentuknya terlalu pulen, agak kuning dan mengkilap.

Hening sejenak

“pasti enak deh”. Kata puspa. Walau aku tau kalau sebenarnya ia sudah mual duluan melihat mahakaryanya. Tapi aku diam saja. Puspa menikmati nasi mentega buatannya dengan khidmat. Seperti dugaan ku, saat nasinya habis, ia berkata “enek teh kalo udah dingin, kalo masih panas.. beuh enak banget!”. Dalam situasi seperti ini dia masih tak mau mengakui kegagalannya.

Komentar

Postingan Populer